Bambi: Kehidupan di Dalam Hutan oleh
Felix SaltenJudul asli: Bambi. Eine Lebensgeschichte aus dem Walde (1923)
English edition translated by
David Wyllie
(Project Gutenberg, 2020)
Edisi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh
Tanti Lesmana
(Gramedia Pustaka Utama, 292 hlm., 2019)
Audiobook by Storytel, 5 hours (English version narrated by Jacob Daniels,
edisi Bahasa Indonesia diceritakan oleh Jumali Jindra)
My rating:
5 of 5 stars★★★★★
Blurb:
Kehidupan Bambi di dalam hutan berawal bahagia. Banyak teman bermain dan
sepasang sepupu yang menemaninya––Gobo yang rapuh dan Faline yang
cantik. Ayah Bambi, si jantan yang tampan, suka menjelajah hutan, namun
tak pernah tinggal bersama Bambi dan induknya.
Kemudian musim dingin tiba, dan Bambi belajar bahwa hutan itu menyimpan
banyak bahaya serta hal-hal yang tidak dia pahami. Selain itu ada
“Dia”––Manusia. Dia datang ke hutan dengan senjata-senjata yang dapat
melukai binatang.
Dia melakukan hal-hal yang jahat terhadap para penghuni hutan. Namun Dia
tak bisa mencegah Bambi tumbuh dewasa menjadi rusa jantan yang
tampan––Pangeran di Hutan itu.
English:
The Prince of the Forest
Bambi's life in the woods begins happily. There are forest animals to
play with -- Friend Hare, the chattery squirrel, the noisy screech owl,
and Bambi's twin cousins, frail Gobo and beautiful Faline. But winter
comes, and Bambi learns that the woods hold danger -- and things he
doesn't understand. The first snowfall makes food hard to find. Bambi's
father, a handsome stag, roams the forest, but leaves Bambi and his
mother alone.
Then there is Man. He comes to the forest with weapons that can wound an
animal. He does terrible things to Gobo, to Bambi's mother, and even to
Bambi. But He can't keep Bambi from growing into a handsome stag
himself, and becoming...the Prince of the Forest.
Ulasan:
Tadinya mau dengerin yang versi Bahasa Indonesia karena awalnya nemu yang
itu duluan. Tapi kemudian nemu yang versi Bahasa Inggris, jadi nyoba
dengerin dulu yang ini. Ternyata bagus banget! 😭
Versi Bahasa
Inggris pun bisa dimengerti dengan jelas dan baik. Baru tahu juga kalau
versi Bahasa Inggris pun ternyata terjemahan. Penulisnya sendiri
berkebangsaan Austria. Walaupun begitu, masih kepingin dengerin versi
Bahasa Indonesia biar lebih paham lagi. Tapi kayaknya bakalan siap-siap
nangis deh 😢
Update setelah dengerin versi Bahasa Indonesia:Pertama kali aku tahu tentang Bambi adalah dari film kartun
yang diproduksi oleh Disney. Siapa sangka ternyata film ini diangkat dari
buku klasik karangan penulis asal Austria dalam Bahasa Jerman yang
kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dan menjadi populer. Aku
mendengarkan audiobook buku ini dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia,
dan keduanya sama-sama indah.
Buku ini menunjukkan bahwa fiksi
pun didasari oleh fakta dan pengetahuan dasar yang membuatnya masuk akal.
Seperti misalnya spesies rusa Bambi adalah roe deer
(Capreolus capreolus) yang hidup di sebagian besar daratan
Eropa. Kemudian ada rusa yang spesiesnya
merupakan sepupu jauh roe deer, yaitu rusa elk
(Cervus canadensis). Aku sempat keliru mengira Bambi adalah rusa merah
(Cervus elaphus) karena bulunya yang kemerahan, padahal bulu merah pada roe deer akan menggelap ketika beranjak dewasa, bintiknya menghilang, dan ketika semakin menua, akan menjadi agak kelabu. Ini diceritakan dalam buku sih, emang nggak nyimak dengan benar, nih. Tapi Bambi versi film Disney adalah rusa ekor putih atau white-tailed deer
(Odocoileus virgianus). Hehehe... gomen ne... 🦌🦌
Hutan di iklim
temperate juga digambarkan
dengan baik dengan adanya pepohonan khas seperti ek/oak (Genus: Quercus, ada spesies ek asli
Indonesia–disebut pohon kayu pasang, spesiesnya
Quercus sundaica),
sikamor/sycamore (
Acer pseudoplatanis, sejenis pohon maple tapi
bukan yang bergetah manis), dogwood (
Cornus florida, hanamizuki
dalam Bahasa Jepang), hazelnut (
Corylus avellana, pohon kacang
hazelnut Eropa), dan sebagainya. Aku sampai hampir bisa mencium bau segar
hutan karena saking seringnya digambarkan dalam buku. Imajinasi yang
sangat menyenangkan.
![Bambi](https://www.gutenberg.org/files/63849/63849-h/images/cover.jpg)
Tapi sayangnya kehidupan alam liar tidak selalu menyenangkan. Penulis
juga menceritakan siklus hidup para makhluk hutan, bagaimana mereka makan,
tidur, bertahan saat musim dingin, berinteraksi dengan makhluk hutan yang
lain, musim kawin, hingga menghadapi ancaman yang mengerikan: manusia.
Sebagai manusia yang membaca cerita ini, segala hal yang diceritakan
merupakan bagian dari kehidupan alam liar, tapi bagi para makhluk hutan,
terutama dari mata Bambi, kisah ini nyaris bergenre thriller. Film Bambi
versi Disney bahkan tidak segelap ini. Tapi memang cerita buku ini awalnya ditujukan untuk pembaca dewasa, walaupun kemudian banyak adaptasinya yang mengubah banyak isinya karena ditujukan untuk anak-anak.
Hal yang berbeda dari
film Bambi dan buku ini adalah dari ada/tidak adanya beberapa makhluk
hutan yang diceritakan. Selain spesies rusa yang berbeda, dalam film diceritakan bahwa salah satu teman Bambi adalah seekor
sigung
(Mephitis mephitis). Spesies ini tidak ada di daratan Eropa,
sehingga hal ini menunjukkan dengan jelas untuk siapa ceritanya
disuguhkan. Selain itu, dalam buku diceritakan adanya saudara Faline, Gono
si rusa jantan pemalu yang lemah, dan banyak karakter rusa lain yang tidak
diceritakan dalam film. Dalam buku tidak diceritakan adanya Thumper si
terwelu (kelinci liar,
Lepus timidus), hanya ada seekor yang
disebut dengan "Friend Hare"
(Lepus europanus). Padahal dalam film, aku sangat menyukai
Thumper.
Karakter yang paling kusukai adalah
the elder atau
the old prince atau si pangeran hutan yang
berwibawa dan bijaksana. Awalnya aku tidak menyukainya, karena di mata
Bambi kecil (sudut pandangnya orang ketiga, tapi
center-nya adalah
Bambi), rusa itu sangat besar dan galak. Tapi semakin beranjak dewasa,
Bambi sangat mengaguminya.
Oiya, Bambi adalah rusa jantan,
yang jika sudah dewasa disebut "stag". Anak rusa disebut dengan "fawn",
sedangkan rusa jantan muda disebut "buck" atau "roebuck". Rusa betina disebut "doe". Mendengarkan versi Bahasa Inggris
sekaligus Bahasa Indonesia membuatku belajar berbagai istilah baru.
Seperti misalnya kawanan roe deer yang disebut "herd", namun rusa elk
disebut "gang", dan berbeda dengan kawanan singa yang disebut "pride"
(karena tetiba ingat Lion King).
Selain itu juga tanduk yang
sebelumnya dalam Bahasa Inggris kuketahui sebagai "antler", dalam buku ini
disebut dengan "crown" yang juga berarti mahkota dalam Bahasa Indonesia.
Sebetulnya "crown" ini lebih mengacu pada ujung tanduk rusa dari 4 hingga 5 kali percabangan. Mendengar kata "crown"
membuat titel pangeran hutan menjadi sangat sesuai disematkan pada rusa
jantan bijaksana yang menjadi tetua.
Dalam versi Bahasa
Inggris, aku keliru menganggap kalung pada leher salah satu rusa yang
pernah tertangkap adalah penanda GPS. Tentu saja aku kaget, karena GPS
ditemukan tahun 1973 sedangkan kisah ini ditulis tahun 1923 dan
diterjemahkan dalam Bahasa Inggris tahun 1928. Kemudian aku mengira
mungkin kalung itu diberi pemancar radio, mengingat ditemukannya radio
pertama kali adalah di tahun 1890. Tapi setelah mendengarkan versi Bahasa
Indonesia, ternyata itu hanya kalung dari rambut kuda dan bukan kalung
penanda khusus dengan pemancar. Hahaha.. ternyata aku salah dengar.
Saat ini, penelitian dan monitoring pergerakan hewan liar
salah satunya adalah menggunakan kalung dengan pemancar GPS. Walaupun
kisah ini ditulis bertahun-tahun sebelum ditemukannya GPS, penulisnya
berimajinasi menggambarkan anggapan rusa-rusa lain ketika salah satunya
mengenakan kalung. Bagaimana si rusa sendiri kebingungan menjelaskannya,
sedangkan rusa-rusa lain ada yang memuji keberanian, mengagumi, atau malah
mencemooh dan mengasihani.
Para hewan sendiri juga mengalami
bagaimana merespon keberadaan manusia, dengan reaksi yang berbeda-beda.
Tentu secara alamiah, hewan liar takut pada manusia. Namun, hewan liar
yang kemudian berinteraksi dekat dengan manusia, lama-lama akan menjadi
jinak dan kehilangan naluri alamiahnya. Beberapa rusa di cerita ini heran
dan bingung ketika salah satu dari mereka menunjukkan perilaku yang tidak
seharusnya dilakukan pada kondisi tertentu.
Dari serial
Netflix: Snowflake Mountain aku juga mengetahui kalau dari sisi manusia,
"hunters can ethically hunt deers that's separated from the herd and
susceptible to disease and bring disease to the herd, so the hunters
hunt them to prevent the disease to spread". Nah, berburu itu juga ada etikanya ya. Begitu juga dengan membuka lahan
dengan menebang pohon, tentu tidak bisa sembarangan. Mungkin rusa tua dan
pesakitan telah mengetahui akhir hidupnya sehingga memisahkan diri dan
bisa jadi berakhir di tangan pemburu. Mengingat penulisnya sendiri adalah pemburu, penggambaran detail kehidupan alam liar dalam buku ini diceritakan cukup adil dari sudut pandang si hewan.
"You have to stay alone. If you're going to preserve your life, if you
want to understand existence, if you want to become wise, YOU. HAVE. TO.
STAY. ALONE."
"Kau harus hidup sendirian. Kalau kau ingin bertahan, kalau kau ingin memahami eksistensimu, kalau kau ingin memperoleh kebijaksanaan, Kau. Harus. Hidup. Sendirian."
Itulah pesan yang selalu Bambi ingat. Ini juga mungkin menggambarkan
perilaku hidup roe deer jantan dewasa yang lebih sering sendirian. Roe deer kebanyakan bersama-sama ketika musim kawin, dan yang membentuk
kawanan seringnya adalah rusa betina bersama anak-anaknya, atau bersama
beberapa rusa jantan muda. Selain itu, baik rusa jantan maupun betina bersifat teritorial, dan rusa jantan biasanya hanya menerima rusa jantan yang merupakan anak-anaknya dalam kelompok.
Buku ini menggambarkan bahwa hukum
alam yang berlaku mungkin terkesan ganas, kejam dan berbuah pilu, namun
bisa terasa sangat puitis dan filosofis. Penulisnya juga sangat piawai
menjelaskan kehidupan rusa liar dan perilakunya dengan bahasa yang
cantik. Hal ini menunjukkan bahwa pengamatan dan penelitian mengenai
perilaku roe deer sudah dilakukan sejak sebelum tahun 1920-an dan
mengingat relevansinya, masih berlanjut sampai sekarang.
View all my review
Tentang penulis:
Felix Salten was an Austrian writer. He was born Siegmund Salzmann in
Budapest, Hungary. When he was three weeks old, his family moved to Vienna,
Austria. Many Jews were immigrating into the city in the late 19th century
because Vienna had finally granted full citizenship to Jews in 1867.
When his father went bankrupt, Felix had to quit school and begin working in
an insurance agency. He also began submitting poems and book reviews to
journals. He became part of the Young Vienna movement (Jung Wien) and soon
received work as a full-time art and theater critic in the Vienna press. In
1901 he founded Vienna's first, short-lived literary cabaret. In 1900 he
published his first collection of short stories. He was soon publishing, on an
average, one book a year, of plays, short stories, novels, travel books, and
essay collections. He also wrote for nearly all the major newspapers of
Vienna. He wrote film scripts and librettos for operettas. In 1927 he became
president of the Austrian P.E.N. club.
His most famous work is Bambi, which he wrote in 1923. It was translated into
English in 1928 and became a Book-of-the-Month Club hit. In 1933, he sold the
film rights to Sidney Franklin for $1,000, who later transferred the rights to
the Walt Disney studios. Disney released its movie based on Bambi in 1942.
Life in Austria became perilous for a prominent Jew in the 1930s. Adolf Hitler
had Salten's books banned in 1936. Two years later (1938), after Austria had
become part of Germany, Salten moved to Zurich, Switzerland, where he lived
until his death.
He was married to the actress Ottilie Metzl, and had two children: Paul and
Anna-Katherina. He wrote another book based on the character Bambi, titled
Bambi's Children: The Story of a Forest Family, 1939. His stories "Perri" and
"The Hound of Florence" inspired the Disney films Perri and The Shaggy Dog.
Salten is considered to be the author of the erotic novel Josephine
Mutzenbacher, the fictional autobiography of a Vienna prostitute, which was
published in 1906.
Tentang penerjemah:
The Project Gutenberg eBook, Bambi, by Felix Salten, Translated by David
Wyllie
Release Date: November 22, 2020 [eBook #63849]
It all started from a desire to share. In this case… good books, wonderful
stories. I was leafing through the pages of a book in a library when a little
girl at the farther end of the aisle spoke to her friend in her high little-girl
voice, “Look, look, such a pretty book. With pictures too.” They were both
sitting on the floor and they had this big picture book between them, their
hands eagerly pointed at one picture after another. The smaller girl said, “What
is it about?” And her friend shook her head, “It’s in English. If only we
understood English….” I knew then and there that I wanted to translate books.
Fictions. Story books. Eventhough along the way I did some translations of
nonfictions as well, fictions have always been my biggest passion.